Desa
rempung adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Pringgasela kabupaten
Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Sebagai desa dengan keturunan asli Sumbawa
Taliwang, Masyarakat desarempung memimiliki ciri khas tersendiri dari pada desa
lain yang ada di Lombok timur. Mulai
dari budaya, bahasa, aturan, dan bahkan letak geografisnya. Pada umumnya,
masyarakat desa rempung berprofesi sebagai petani dan perantau sebagai mata
pencarian, namun tidak sedikit warga desa rempung yang menjabat sebagai
pegawai, dosen, dan bahkan menjabat di lembaga eksekutif daerah dan provinsi.
Berikut ini penulis akan merangkum perbedaan signifikan desa rempung dengan
desa lainnya.
1. Tata
Pemerintahan dan Kelembagaan Desa
Desa rempung terbagi menjadi empat kekadusan, yaitu
RBS (rempung barat selatan), RTS (rempung timur selatan), RBU (rempung barat
utara) dan RTU (rempung timur utara). Dari masing-masing kekadusan, terdapat
organisasi sosial di bawah naungan LPMD (lembaga pemberdayaan masyarakat desa)
yang disebut dengan PKK (pemberdayaan kesejahteraan keluarga). Jika di sebuh
wilayah pedesaan hanya ada satu ormas yang menangani masalah kesejahteran
keluarga dan pemberdayaan ibu-ibu, lain halnya dengan desa rempung. Desa
rempung memimiliki lima cabang PKK, yaitu PKK desa sebagai organisasi insuk, dan
empat lainnya adalah PKK dusun. Inilah salah satu elemen yang membedakan desa
rempung dengan desa lainnya. Adanya organisasi sosial yang bergerak di bawah
aturan pemerintah desa menjadi penopang kemajuan desa rempung. Sesuai dengan teori
dalam ilmu sosial, tata pemerintahan yang baik (good governance) dalam lingkup
wilayah akan terselenggara dengan baik apabila ada kerjasama antara pemerintah
desa, kelembagaan politik desa, kelembagaan ekonomi desa, dan kelembagaan
sosial desa. Jika melihat desa rempung saat ini, maka bisa dikatakan sudah
sesuai dengan tata pemerintahan yang baik, karena mampu mengolaburasikan empat
elemen terpenting dalam menjalankan good governance.
2. Kebubudayaan
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem
agama
dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Berbicara tentang budaya, desa
rempung adalah salah satu desa yang memiliki bentuk kebudayaan yang berbeda
dengan masyarakat lombok yang mayoritas penduduknya bersuku sasak. Hal ini bisa
dibuktikan dalam beberapa adegan, misalnya ketika orang meninggal dunia,
melaksanakan pernikahan, dan bahkan dari segi kulinernya. Adanya dinamika
sosial membuat desa rempung memiliki karakter yang berbeda dari desa lainnya.
Untuk lebih jelasnya, berikut kita akan membahas perbedaan kongkrit kebudayaan
masyarakat desa rempung dengan desa lainnya di lombok timur.
a) Adat
Ketika Orang Meninggal
Salah satu bukti
spesifik perbedaan budaya desa rempung dengan desa lainnya adalah upacara yang
dilaksanakan ketika orang meninggal dunia. Memang pada dasarnya ada beberapa
kesamaan seperti, nyiwak (zikiran
sembilan hari) dengan budaya pada masyarakat sasak, namun yang memebedakannya
adalah ketika memberikan bantuan meterial kepada keluarga yang ditinggalkan. Di
desa lainnya, bantuan yang diberikan kepada keluarga yang ditingglkan bisanya
berbentuk makanan, pernak-pernik, sayuran, bahan makanan dan lain sebagainya.
Tapi hal ini berbeda dengan desa rempung. Jika seseorang meninggal dunia,
biasanya masyarakat bermusywarah mengumpukan dana untuk membantu meringankan
beban keluarga dalam melaksanakan acara tasyakuran, sehingga akan tampak lebih
utuh dengan cara sperti itu.
b) Budaya
Pernikahan
Sudah menjadi perbedaan
yang krusial pada masyarakat sasak pada umumnya dengan masyarakat rempung,
Budaya yang ditawarkan dalam prosesi pernikahanpun jauh berbeda. Di desa
lainnya yang kebanyakan bersuku sasak, biasanya cara untuk meminang pengantin
yaitu dengan mencurinya (merarik). Ini sudah menjadi tradisi dan budaya mereka
semenjak zaman dahulu hingga sekarang. Sedangakan di desa rempung, biasnya
kegiatan meminang pengantin dilakukan dengan proses ngeneng (meminta) langsung kepada orang tua mempelai wanita. Meskipun
terkadang ada beberapa masyarakat rempung menggunkan budaya merarik (kawin lari) sebagai cara sakral
pernikahannya, namun sejatinyanya itu bukanlah budaya asli masyarakat desa
rempung.
3. Bahasa
Sebagaimana juga budaya, bahasa merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Bahasa adalah
kemampuan yang dimiliki manusia
untuk dipergunakan bertutur dengan manusia lainnya dengan tanda, misalnya kata
dan gerakan. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik.
Dalam ranah kajian linguistik, bahasa rempung merupakan bahasa yang berbeda
dengan bahasa desa lainnya di lombok. Memang ada beberapa daerah yang hampir
sama persis bahasanya dengan rempung, misalnya kembang kerang dan jantuk, namun
sebenarnya sangatlah berbeda dari segi dialek dan kepragmatisan tuturan. Bahasa
yang digunakan oleh masyrakat rempung biasanya menjadi ciri khas yang
membedakan desa rempung dengan desa lainnya, bahkan tidak sedikit orang
mengatakan bahasa rempung sebagai bahasa ulah, bahasa plenet, bahasa aneh dan
lain-lain. Namun perlu diketahui bahwa, hal itulah yang menunjukkan nilai tak
tertandingkan sebagai jati diri masyarakat.
Sifat bahasa yang arbitrer dan
konvensional akhirnya mengantarkan bahasa rempung menjadi bahasa yang berdiri
sendiri. Memang belum ada bukti autentik tentang hal itu, namun menurut
beberapa sumber menjelaskan bahwa bahasa rempung merupakan salah satu dari
sekitar 700 bahasa (kurang lebih) yang ada di Indonesia.
4. Letak
Geografis
Jika melihat pola persebaran desa secara luas,
rempung merupakan salah satu desa dengan kategori linier (pola mengikuti jalan).
Hal ini tentunya menjadi daya tarik dan membuka peluang perekonomian dibanding
desa lainnya. Letak desa rempung yang strategis dan dilintasi jalur negara
mendukung eksistensinya dari pada desa lainnya. Inilah yang perlu menjadi
catatan bahwa perlu adanya pengembangan dan dan inovasi baru ke depannya.
5. Makanan
Khas
Makanan
bisanya menunjukkan karakter dan sebagai pengenal dalam satu daerah. Di rempung
sendiri banyak makanan khas yang belum terekspos dan dikenal oleh masyarakat
luar dan bahkan masyarakat rempung sendiri(termasuk saya), padahal inilah salah
satu pembeda desa rempung dengan desa lainnya. Beberapa diantaranya makanan
khas desa rempung ialah : lepek, lempok, bubir syuro, marhaban, serabi, lupis, keladi,
sumping pona, kelepon, lele potek, naga sari, dan lain sebagainya.
Catatan
: untuk beberapa makanan tersebut memang ada di desa lainnya, akan tetapi beda
istilah penyebutan dan bentuknya.
6. BURDAH
(Bersih, Unggul, Ramah, Damai, Aman, dan Harmonis)
Seperti
di kota, desa rempung memiliki tingkat kebersihan, keunggulan, keramahan,
kedamaian, keamanan, dan keharmonisan. Ini juga menjadi icon pembeda desa
rempung dengan desa lainnya. Dalam satu kasus pencurian misalnya, warga
masyarakat desa rempung tidak akan tega menganiyaya secara berlebihan seperti
desa lainnya. Inilah kemudian yang menjadi kekuatan rasa perduli dan
kemanusiaan jika dibandingkan dengan desa lainnya yang bertindak sesuka hati
dan terlalu kejam bahkan sampai membunuh tersangka. Ingatlah negara kita adalah
negara hukum yang berasaskan pancasila dan undang-undang. Jadi tidak semua
tindakan bisa dilaksanakan sesuka hati.
Itulah
beberapa perbedaan rempung yang menonjol dari pada desa lainnya.. semoga
menambahkan kecintaan dan bermanfaat untuk kita semua.. amiiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar