Sabtu, 26 November 2016

Makalah Validitas bahasa Indonesia



Bab I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Validitas tes perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Mengingat betapa luasnya perkembangan konsep penilaian terhadap proses pendidikan saat ini, maka keselarasan hasil tes dengan instrumen yang digunakan sangat berpengaruh untuk menentukan hasil proses pendidikan yang sesungguhnya. Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Selain itu harus bersifat Konsisten dan stabil, dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.
Data yang kurang memiliki validitas akan menghasilkan kesimpulan yang bias atau kurang sesuai dengan yang seharusnya, bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya tidak ditemukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas, agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel (mendatangkan hasil yang sama dalam setiap percobaan), valid dan akhirnya disebut dengan validitas. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaian di samping pada cara pelaksanaannya. Untuk itulah makalah ini membahas tentang validitas, agar kami selaku penyusun lebih mengenal secara mendalam tentang konsep validitas.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah konsep validitas?
2.      Sebutkan macam-macam validitas?
3.      Apa faktor yang mempengaruhi validitas?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui konsep validitas.
2.      Mengetahui macam-macam validitas.
3.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi validitas.












Bab II
PEMBAHASAN


A.    Konsep Validitas
Menurut groulund, (1985) dalam (Sukardi,  2008 : 30) menyatakan bahwa validitas dikatakan sebagai ketepatan interpretasi yang dihasilkan dari skor atau instrumen evaluasi. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Jadi jika tes tersebut adalah tes pencapain hasil belajar maka hasil tes tersebut bila dinterpretasikan dengan intensif akan menunjukkan ranah evaluasi hasil belajar. Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Disisi lain, Suharsimi Arikunto (1995 : 73) menjelaskan bahwa validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur,
Pendapat di atas mengandung pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Sedangkan satu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah.
Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya mengenai perbedaan yang satu dengan yang lain.  Seorang guru hendaknya melakukan tes agar bisa memberikan penilaian terhadap siswanya, apakah sudah mempu menerima materi pelajaran sesuai dengan standar yang ditetapkan atau tidak. Tes ini merupakan bagian dari instrumen validitas yang biasa digunakan oleh setiap sekolah di Indonesia.
Validitas berfungsi menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka dia harus menggunakan timbangan. Timbangan adalah alat pengukur yang valid bila dipakai untuk mengukur berat, karena timbangan memang mengukur berat. Bila panjang sesuatu benda yang ingin diukur, maka dia harus menggunakan meteran. Meteran adalah alat pengukur yang valid bila digunakan untuk mengukur panjang, karena memang meteran mengukur panjang. Tetapi timbangan bukanlah alat pengukur yang valid bilamana digunakan untuk mengukur panjang dan begitu juga sebaliknya. Dari jabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa validitas adalah tingkat kesesuaian alat ukur yang digunakan dalam mengukur objek tertentu.
B.     Macam-Macam Validitas
Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadiempat macam, yaitu validitas isi, konstruk, konkuren, dan prediksi. Empat macam validitas tersebut juga sering dispesifikasikan menjadi validitas logis dan empiris[1], dinamakan validitas empiris karena validitas tersebut ditentukan dengan menghubungkan performance sebuah tes terhadap kriteria penampilan tes lainnya dengan menggunkan formulasi satatistik. Pada umumnya yang termasuk dalam ranah kajian validitas logis adalah validitas konkuren dan prediksi. Untuk lebih jelasnya, berikut akan dijelaskan jenis validitas tersebut.
1.      Validitas isi (Content Validity)
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan ini (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur, atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.
Validitas isi dapat dianalisis dengan cara memperhatikan penampakan luar dari instrument serta menganalisis kesesuaian butir-butirnya dengan karakteristik yang dirumuskan pada definisi konseptual variabel yang diukur. Validitas yang dianalisis dengan memperhatikan penampilan luar instrument itu disebut validitas tampang (face validity). Validitas tampang dievaluasi dengan membaca dan menyelidiki butir-butir instrument serta sekaligus membandingkannya dengan definisi konseptual mengenai variabel yang akan diukur. Validitas yang dianalisis dengan memperhatikan kerepresentativan butir-butir instrument disebut validitas penyampelan (sampling validity) atau kurikulum (curriculum validity). Validitas tampang maupun penyampelan disebut juga sebagai validitas teoritis karena penganalisisannya lazim dilakukan tanpa didasarkan pada data empiris. Alat yang digunakan untuk menganalisis validitas itu adalah logika dari orang yang menganalisisnya.
Validitas isi suatu instrumen berkaitan dengan kesesuaian antara karakteristik dari variaabel yang dirumuskan pada definisi konseptual dan operasionalnya. Apabila semua karakteristik variabel yang dirumuskan pada definisi konseptualnya dapat diungkap melalui butir-butir suatu instrument, maka instrument itu dinyatakan memiliki validitas isi yang baik. Namun hal itu mungkin tidak akan pernah tercapai, mengingat betapa sulitnya untuk mendefinisikan keseluruhan karakteristik itu. Selain itu, dari seluruh karakteristik yang dirumuskan pada definisi konseptual suatu variabel seringkali sulit untuk mengembangkan butir-butir yang valid untuk mengungkap atau mengukurnya. Menurut azwar validitas isi dibagi lagi menjadi dua yaitu.
·         Face Validity (Validitas Muka) adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan maka validitas muka telah terpenuhi.
·         Logical Validity atau disebut sebagai Validitas Sampling (Sampling Validity) adalah validitas yang menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur merupakan representasi (perwakilan) dari aspek yang hendak diukur.
Contoh validitas isi (validitas kurikulum).
Jika seorang guru hendak mengetes peserta didik di mata pelajaran bahasa Indonesia, maka soal yang diberikan harus sesuai dengan indikator mata pelajaran bahasa Indonesia. Tentunya hal yang diukur memiliki kaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia seperti menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Sebuah tes dikatakan validitas tinggi apabila memiliki keselaran antara instrumen tes dengan standar bahasan yang ditentukan guru.
2.      Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran. Secara definitif, konstruk merupakan suatu sifat yang tidak bisa diobservasi, namun bisa dirasakan. Misalnya dalam satu kasus di lingkup pendidikan teknologi kejuruan, yakni siswa terampil bisa dilihat dari performance atau tingkah lakunya di dalam kelas. Dalam dunia pendidikan, contoh lain dalam validitas konstruk adalah semangat, kreativitas, kepemimpinan, dan lain sebagainya. Untuk itu, validitas konstruk bersifat hypotetical contruct atau sementara.
Proses melakukan validitas konstruk adalah  dengan cara melibatkan hipotesis testing yang dideduksi dari teori yang menyangkut dengan konstruk yang relevan. Misalnya jika suatu teori kecemasan menyatakan bahwa seseorang memiliki kecemasan yang lebih tinggi akan menyebabkan kerja lebih lama dibanding dengan orang yang memiliki tingkat kecemasan rendah dalam proses penyelesaian satu masalah. Namun jika terjadi kesalahan pada proses ini, misalnya orang yang memiliki kecemasan tinggi tersebut lebih cepat dalam bekerja, maka perlu melakukan kajian ulang agar sesuai dengan hipotesis sebelumnya.
Contoh validitas konstruk.
Sebuah tes validitas konstruk akan dikatakan memiliki nilai tinggi jika pengetesan dilakukan dalam bentuk analisis, ingatan, pemahaman, aplikasi, sintetis dan evaluasi. Dalam satu kasus mata pelajaran ekonomi, siswa dites dengan melakukan analisis sebuah pasar. Jika yang dideskripsikan itu berbagai bentuk pasar berdasarkan struktur, kemudian mengidentifikasi kebaikan dan keburukan bentuk pasar, maka validitas tersebut memiliki tingkatan konstruk yang tinggi, atau sesuai dengan apa yang diharapkan.
3.      Validitas Konkuren
Validitas ini lebih umum disebut validitas empiris. Validitas konkuren adalah derajat di mana skor dalam satu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan validasi konkuren biasanya diadministrasi dalam waktu yang sama atau dengan kriteria valid yang sudah ada. Hasil yang dicapai atau koefisien validitas yang muncul menunjukkan derajat hubungan validitas tes yang baru. Jika koefisien (bilangan) tes yang baru memiliki validasi yang tinggi, berarti tes tersebut memiliki validitas konkuren yang baik. Sebaliknya tes yang baru dikatankan memiliki validitas konkuren yang jelek jika koefisien yang dihasilkan rendah.
Validitas konkuren biasanya menggunakan metode descrimination (pembeda) yang melibatkan penentuan sebuah tes. Skor tes dapat digunakan untuk membedakan antara orang yang memiliki sifat tertentu yang diinginkan dan orang yang tidak memilikinya.
Contoh validitas konkuren.
Penguasaan kosakata secara aktif reseptif memiliki persamaan sifat dengan kemampuan membaca, karena sama-sama aktif resptif. Hasil tes penguasaan kosakata tersebut kemudian dikolerasikan dengan nilai pelajaran kemampuan membaca yang telah diproleh sebelumnya. Tinggi rendahnya korelasi koefisien yang  diproleh dari perhitungan tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat kesahihan tes penguasaan kosa kata yang diuji.
4.      Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana baiknya seseorang melakukan pekerjaan yang direncanakan. sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan perserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Calon yang tersaing berdasarkan hasil tes diharpkan mencerminkan tinggi rendah nya kemampuan mengikuti kuliah.
Instrumen validitas prediksi mungkin bervariasi bentuknya tergantung beberapa faktor misalnya kurikulum yang digunakan, letak geografis sekolah, dan bahkan buku pegangan yang dipakai. Ketika melakukan tes prediksi, perlu diperhatikan proses dan cara membandingkan instrumen yang divalidasi dengan tes yang dibakukan. Validitas prediksi suatu tes umumnya ditentukan dengan membangun hubungan antara skor tes dan beberapa ukuran keberhasilan dalam situasi tertentu yang digunakan untuk memprediksi keberhasilan atau disebut dengan prediktor.
C.     Faktor yang Mempengaruhi Validitas
Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang bersal dari siswa yang bersangkutan.
1.      Faktor yang berasal dari dalam tes
·         Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes.
·         Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, terlalu sulit.
·          Item – item tes dikontruksi dengan tidak sesuai.
·         Tingat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
·         Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.
·         Jumlah item tes terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sample materi pembelajaran.
·         Jawaban masing – masing item evaluasi bisa diprediksi siswa
2.      Faktor yang berasal dari administrasi dan skor. Faktor ini dapat mengurangi validitasi interpretasi tes evaluasi, khususnya tes evaluasi yang dibuat oleh guru. Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya yang berasal dari proses administrasi dan skor.
·         Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa-gesa.
·         Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan siswa yang belajar dengan yang melakukan kecurangan.
·         Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan semua siswa.
·         Teknik pemberian skor yang tidak konsisten, mislanya pada tes essay, juga dapat mengurangi validitas tes evaluasi.
·         Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
·         Adanya orang lain yang bukan siswa yang termasuk dan menjawab item tes yang diberikan.
3.      Faktor yang bersal dari jawaban siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari interpretasi item-item pada tes evaluasi. Sebagai contoh, sebuah tes para siswa menjadi tegang karena guru mata pelajaran tersebut “killer” galak dan sebagainya. Sehingga siswa yang mengikuti tes tersebut banyak yang gagal. Contoh lain, ketika siswa melakukan tes penampilan keterampilan, ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga siswa tidak dapat nerkonsentrasi dengan baik. Ini semua dapat mengurangi nilai validitas instrumen evaluasi.


Bab III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Suatu instrumen evaluasi akan dikatan memiliki tingkat validitas tinggi jika alat ukur yang digunakan mampu memberikan data yang sesuai dengan yang diharapkan. Adapun secara umum validitas terbagi menjadi empat bagian, yaitu validitas isi, konstruk, konkuren, dan prediksi. Ke empat macam validitas tersebut juga memiliki beberapa kendala yang berbeda, baik dari instrumen yang digunakan,  faktor administrasi dan skor, bahkan jawaban dari siswa yang di tes itu sendiri.
B.     Saran
Makalah ini disusun dengan referensi yang tidak terlalu memadai. Untuk itu, jika ada kesalahan dalam penyusunannya kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirnya semoga tulisan ini mampu menambah pengetahuan kita dalam bidang evaluasi pembelajaran, khusunya tentang validitas.









DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, H.M. 2008. Evalusai Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya). Yogyakarta. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi.200. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi  Aksara.





[1] Sukardi, H.M. 2008. Evalusai Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya). Yogyakarta. Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar