Jon dan Rijal
Di sebuah hutan yang dalam dan sepi,
terdapat sebuah gubuk kecil yang hanya
ditingggali oleh du orang, yaitu jon dan rijal. Ketika pagi tiba, mereka
berencana mencari makanan disekitar hutan.
“Bagaimana kalau hari ini kita berpencar
saja mencari makannya” ungkap Jon sambil melipat sajadah setelah sembahyang.
“baiklah, kalau begitu kau mencari makanan dibagian barat, dan aku akan mencari
makanan di bagian timur hutan” tangkas Rijal.
Rijal : o ya.. kira-kira nanti kita boleh kembali jam
berapa?
Jon : nanti
jam 12 saja
Rijal : bukankah itu sudah kesiangan?
Jon : benar
juga.. bagaimana kalau jam sepuluh saja?
Rijal : baiklah kalau begitu.
Akhirnya mereka berpisah dan pergi ke
tujuan masing-masing untuk mencari makanan. Sebelum terpisah mereka sudah berjanji
akan kembali pada jam sepuluh siang, dan siapa yang mendapatkan makanan paling
sedikit, maka ia harus tidur di luar rumah sebagai hukuman.
Rijal berangkat dengan membawa sebuah
batang kayu bercabang sebagai alat pelindung dari binatang buas, sedangkan jon
hanya membawa karung yang akan dijadikan tempat untuk menaruh makanan. Setelah
berpisah, sampailah rijal di hutan bagian timur. dengan telitinya ia
memperhatikan disekelilingnya, namun tak kunjung menemukan makanan. “kenapa di
sini tidak ada makanan sama sekali ya?” ucap rijal dalam hati.
Karena terlalu lelah mencari makanan,
akhirnya rijal memutuskan beristerehat
di sebuah pohon besar yang sudah tumbang. Dia membaringkan badannya
sambil menahan nafas. Ketika ia menghadap atas, tiba-tiba ada seekor burung emas
yang sedang berbicara dengan seeokor burung lainnya. Rijal sangat terkejut
melihat kejadian itu, dengan semangat dia mencoba menangkap burung itu.
“Ini adalah burung ajaib yang bisa
berbicara, sepertinya sangat mahal kalau dijual di pasar kota” (Ucapnya dalam
hati)
Dengan susah payah Rijal mencoba
menangkap burung itu, namun ketika ia berhasil menangkapnya, muncullah kilatan
petir yang menyambar tubuhnya. Rijal terjatuh tak sadarkan diri. Beberapa menit
kemudian, tiba2 ia mendapati dirinya menjadi sosok yang berbeda. Sangat
mengejutkan, ternyata rijal berubah menjadi seeokor burung karena telah
menyentuh burung yang ingin ditangkapnya tadi.
“Ini tidak mungkin.. kenapa aku menjadi
berbulu? Kenapa pula aku memiliki cakar? Apakah ini mimpi?” (terheran melihat
tubuhnya menjadi seekor burung)
Setelah kejadian itu, secara tidaka sadar
jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Jon yang mencari makanan di hutan
bagian timur sudah kembali ke rumah sekitar satu jam yang lalu. Karena merasa
khawatir dengan rijal yang tak kunjung kembali, akhirnya Jon memutuskan untuk
menacari Rijal di hutan bagian barat. (Berjalanlah Jon menuju hutan bagian
barat)
Setelah sampai di hutan bagian barat,
jon melihat sebuah batang pohon yang sudang tumbang tempat rijal beristirehat
tadi. Ia berdiri di atasnya sambil berteriak memanggil-manggil nama rijal,
namun tetap tak menyahut. Rijaal..... Rijaal .. Rijaaal.
Sekitar satu jam Jon berkeliling di
hutan mencari Rijal. Namun karena rasa khawatir yang mendalam, ia terus
berusaha mencari sahabatnya itu.
Matahari sudah berubah warna menjadi
kemerah-merahan, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Dengan menahan rasa
lapar demi menemukan sahabatnya yang hilang, Jon terus berusaha berteriak
hingga akhirnya merasa sangat lelah.
“Ya Tuhan.. apa yang terjadi dengan
sahabatku? Kenapa ia tak bersuara sedikitpun setelah aku memanggilnya
berkali-kali?”
Setelah merasa kelelahan berteriak,
akhirnya Jon tergeletak tak sadarkan diri di bawah sebuah pohon jati yang
besar. Nafasnya sudah tak menentu karena belum pernah mengisi perut, ditambah
lagi dengan pencarian berjam-jam untuk menemukan sahabatnya yang hilang.
Tiga puluh menit lamanya Jon beristirhat
sambil mengatur nafas. Tenaganyapun sudah sedikit bertambah, namun karena
kemalaman, ia memustuskan untuk membuat api unggun di tengah hutan dan
melanjutkan pencarian Rijal yang hilang.
Di tengah malam yang dingin, Jon
menghangatkan badannya dengan duduk di samping api yang dinyalakannya. Sambil
menyantap makanan yang sudah didapatkan di hutan bagian barat, ia mengingat
kenangan indah bersama sahabatnya itu. Tak lama kemudian, Jon akhirnya tertidur
pulas karena kelelahan menyusuri hutan seharian.
Malam sudah berganti pagi, Jon segera
menyiapkan perbekalannya untuk mencari sahabatnya. Dalam perjalanan, datanglah burung jelmaan Rijal
menghampirinya.
“Aku adalah Rijal, aku adalah
sahabatmu.. tolonglah aku!”
Jon :
haaaaa.... burung bicara.. (merasa kaget)
Burung : aku
bukan burung, aku adalah Rijal sahabatmu. Tolonglah
aku! Aku sudah dikutuk
Melihat burung itu berbicara, jon merasa
sangat kaget. “tidak mungkin kamu rijal, rijal sahabatku itu adalah manusia,
jangan coba menipuku” berbicara dengan burung itu sambil terbata-bata.
Jon yang melihat satu keanehan pada
burung itu juga berpikir sama dengan
rijal sebelumnya. Sifat kemanusiaannya mengalahkan semangat untuk mencari
sahabatnya yang hilang. Dalam benaknya hanya terlintas bagaimana cara menangkap
burung emas yang bisa berbicara itu, dan kahirnya menjadi kaya raya.
“sepertinya kamu adalah binatang ajaib
yang bisa berbicara, aku akan menangkap dan menjualmu ke pasar kota, aku akan
menjadi orang kaya raya” hahahaa (ucapnya
sambil tertawa terbahak-bahak).
Akhirnya jon juga berusaha untuk
menangkap burung jelmaan rijal tadi, ia
tiada mendengar ucapan burung itu.
Burung jelmaan : aku adalah Rijal.. kenapa kamu
ingin menangkap
dan menjualku? Aku ini
sahabatmu
Jon : aku tidak perduli. Yang
penting aku akan menjadi
kaya raya jika
mendapatkanmu
Burung jelmaan :
kau sungguh dibutakan harta sahabatku.. tolong
jangan tangkap aku.
Karena bila itu kau lakukan,
kau akan berubah
menjadi burung sepertiku.
Jon : hua ha ha.. itu tidak
mungkin. Kau jangan
Membohongiku
Burung jelmaan :
aku tidak membohongimu. Aku juga berubah
menjadi seekor burung ketika aku
menyentuh
burung emas yang berwujud sepertiku
sekarang ini.
Jon : terserah apa yang kau
katakan. Yang jelas aku
akan menangkap dan menjualmu.
Jon berusaha sekuat tenaga untuk
menangkap burung emas jelmaan sahabatnya sendiri. Ia terlena oleh harta dengan
harapan mendapatkan uang banyak jika berhasil menjual burung emas ajaib itu.
Akhirnya Jon berhasil menangkap burung jelmaan Rijal.
Ketika ia menyentuhnya, muncullah
kilatan petir yang menyambar sekujur tubuhnya. Ia berteriak kesakitan dan
meminta tolong. Rijal yang sudah berubah menjadi burung emas sangat panik
menyaksiakannya. Ia tak tau harus berbuat apa dengan kndisinya saat itu.
Sambaran petir yang begitu dahsyat membuat Jon tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian, Jon sudah sadar dari
pinsannya selama setengah hari. Ia melihat sekelilingnya sangat luas dan pohon
menjadi lebih besar. Jon masih belum menyadari bahwa dirinya telah berubah
bentuk menjadi seekor burung.
Ia mencoba berdiri, namun ia terbang. “
apa yang terjadi dengan diriku.. kenapa aku merasa sedang melayang?”. Beberapa
saat kemudian, datanglah burung jelmaan Rijal menghampirinya.
Rijal : bagaimana keadaanmu sahabatku
Jon : kau
burung yang tadi.. aku akan menangkapmu lagi..
Rijal : lihatlah siapa dirimu sekarang, keangkuhanmu
telah membuat
Dirimu buta akan harta.
Dan sekarang kaupun menjadi seekor
burung sama sepertiku. Masih inginkah kau menangkapku dengan dayamu saat
ini?
Jon :
maafkan aku sahabatku.. aku telah terbuai akan keindahan
bentukmu. Sehingga aku berpikir untuk
menangkapmu.
Rijal : tidak apa-apa. Tenangkanlah dirimu!
Sekarang kita harus membiasakan diri hidup
sebagai seorang
burung. Mungkin memang inilah takdir yang
ditentukan Tuhan
untuk kita.
Akhirnya mereka mulai menjalani hidup
seperti seekor burung. Mereka mencari burung lainnya untuk dijadikan teman dan
keluarga. Setelah sekian lama, mereka sudah terbiasa dengan kehidupan baru
mereka, dan menjalani kehidupan baru layaknya burung asli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar