Kamis, 08 Desember 2016

contoh cerpen berbasis cerita rakyat

Jon dan Rijal
Di sebuah hutan yang dalam dan sepi, terdapat sebuah gubuk kecil yang  hanya ditingggali oleh du orang, yaitu jon dan rijal. Ketika pagi tiba, mereka berencana mencari makanan disekitar hutan.
“Bagaimana kalau hari ini kita berpencar saja mencari makannya” ungkap Jon sambil melipat sajadah setelah sembahyang. “baiklah, kalau begitu kau mencari makanan dibagian barat, dan aku akan mencari makanan di bagian timur hutan” tangkas Rijal.
Rijal : o ya.. kira-kira nanti kita boleh kembali jam berapa?
Jon   : nanti jam 12 saja
Rijal : bukankah itu sudah kesiangan?
Jon   : benar juga.. bagaimana kalau jam sepuluh saja?
Rijal : baiklah kalau begitu.
Akhirnya mereka berpisah dan pergi ke tujuan masing-masing untuk mencari makanan. Sebelum terpisah mereka sudah berjanji akan kembali pada jam sepuluh siang, dan siapa yang mendapatkan makanan paling sedikit, maka ia harus tidur di luar rumah sebagai hukuman.
Rijal berangkat dengan membawa sebuah batang kayu bercabang sebagai alat pelindung dari binatang buas, sedangkan jon hanya membawa karung yang akan dijadikan tempat untuk menaruh makanan. Setelah berpisah, sampailah rijal di hutan bagian timur. dengan telitinya ia memperhatikan disekelilingnya, namun tak kunjung menemukan makanan. “kenapa di sini tidak ada makanan sama sekali ya?” ucap rijal dalam hati.
Karena terlalu lelah mencari makanan, akhirnya rijal memutuskan beristerehat  di sebuah pohon besar yang sudah tumbang. Dia membaringkan badannya sambil menahan nafas. Ketika ia menghadap atas, tiba-tiba ada seekor burung emas yang sedang berbicara dengan seeokor burung lainnya. Rijal sangat terkejut melihat kejadian itu, dengan semangat dia mencoba menangkap burung itu.
“Ini adalah burung ajaib yang bisa berbicara, sepertinya sangat mahal kalau dijual di pasar kota” (Ucapnya dalam hati)
Dengan susah payah Rijal mencoba menangkap burung itu, namun ketika ia berhasil menangkapnya, muncullah kilatan petir yang menyambar tubuhnya. Rijal terjatuh tak sadarkan diri. Beberapa menit kemudian, tiba2 ia mendapati dirinya menjadi sosok yang berbeda. Sangat mengejutkan, ternyata rijal berubah menjadi seeokor burung karena telah menyentuh burung yang ingin ditangkapnya tadi.
“Ini tidak mungkin.. kenapa aku menjadi berbulu? Kenapa pula aku memiliki cakar? Apakah ini mimpi?” (terheran melihat tubuhnya menjadi seekor burung)
Setelah kejadian itu, secara tidaka sadar jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Jon yang mencari makanan di hutan bagian timur sudah kembali ke rumah sekitar satu jam yang lalu. Karena merasa khawatir dengan rijal yang tak kunjung kembali, akhirnya Jon memutuskan untuk menacari Rijal di hutan bagian barat. (Berjalanlah Jon menuju hutan bagian barat)
Setelah sampai di hutan bagian barat, jon melihat sebuah batang pohon yang sudang tumbang tempat rijal beristirehat tadi. Ia berdiri di atasnya sambil berteriak memanggil-manggil nama rijal, namun tetap tak menyahut. Rijaal..... Rijaal .. Rijaaal.
Sekitar satu jam Jon berkeliling di hutan mencari Rijal. Namun karena rasa khawatir yang mendalam, ia terus berusaha mencari sahabatnya itu.
Matahari sudah berubah warna menjadi kemerah-merahan, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Dengan menahan rasa lapar demi menemukan sahabatnya yang hilang, Jon terus berusaha berteriak hingga akhirnya merasa sangat lelah.
“Ya Tuhan.. apa yang terjadi dengan sahabatku? Kenapa ia tak bersuara sedikitpun setelah aku memanggilnya berkali-kali?”
Setelah merasa kelelahan berteriak, akhirnya Jon tergeletak tak sadarkan diri di bawah sebuah pohon jati yang besar. Nafasnya sudah tak menentu karena belum pernah mengisi perut, ditambah lagi dengan pencarian berjam-jam untuk menemukan sahabatnya yang hilang.
Tiga puluh menit lamanya Jon beristirhat sambil mengatur nafas. Tenaganyapun sudah sedikit bertambah, namun karena kemalaman, ia memustuskan untuk membuat api unggun di tengah hutan dan melanjutkan pencarian Rijal yang hilang.
Di tengah malam yang dingin, Jon menghangatkan badannya dengan duduk di samping api yang dinyalakannya. Sambil menyantap makanan yang sudah didapatkan di hutan bagian barat, ia mengingat kenangan indah bersama sahabatnya itu. Tak lama kemudian, Jon akhirnya tertidur pulas karena kelelahan menyusuri hutan seharian.
Malam sudah berganti pagi, Jon segera menyiapkan perbekalannya untuk mencari sahabatnya. Dalam perjalanan,  datanglah burung jelmaan Rijal menghampirinya.
“Aku adalah Rijal, aku adalah sahabatmu.. tolonglah aku!”
Jon         : haaaaa.... burung bicara.. (merasa kaget)
Burung  : aku bukan burung, aku adalah Rijal sahabatmu. Tolonglah
aku! Aku sudah dikutuk
Melihat burung itu berbicara, jon merasa sangat kaget. “tidak mungkin kamu rijal, rijal sahabatku itu adalah manusia, jangan coba menipuku” berbicara dengan burung itu sambil terbata-bata.
Jon yang melihat satu keanehan pada burung itu  juga berpikir sama dengan rijal sebelumnya. Sifat kemanusiaannya mengalahkan semangat untuk mencari sahabatnya yang hilang. Dalam benaknya hanya terlintas bagaimana cara menangkap burung emas yang bisa berbicara itu, dan kahirnya menjadi kaya raya.
“sepertinya kamu adalah binatang ajaib yang bisa berbicara, aku akan menangkap dan menjualmu ke pasar kota, aku akan menjadi orang kaya raya”  hahahaa (ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak).
Akhirnya jon juga berusaha untuk menangkap burung jelmaan rijal tadi,  ia tiada mendengar ucapan burung itu.
Burung jelmaan : aku adalah Rijal.. kenapa kamu ingin menangkap
dan menjualku? Aku ini sahabatmu
Jon                       : aku tidak perduli. Yang penting aku akan menjadi
kaya raya jika mendapatkanmu
Burung jelmaan : kau sungguh dibutakan harta sahabatku.. tolong
jangan tangkap aku. Karena bila itu kau lakukan,
kau akan berubah menjadi burung sepertiku.
Jon                      : hua ha ha.. itu tidak mungkin. Kau jangan
Membohongiku
Burung jelmaan : aku tidak membohongimu. Aku juga berubah
menjadi seekor burung ketika aku menyentuh
burung emas yang berwujud sepertiku sekarang ini.
Jon                      : terserah apa yang kau katakan. Yang jelas aku
akan menangkap dan menjualmu.
Jon berusaha sekuat tenaga untuk menangkap burung emas jelmaan sahabatnya sendiri. Ia terlena oleh harta dengan harapan mendapatkan uang banyak jika berhasil menjual burung emas ajaib itu. Akhirnya Jon berhasil menangkap burung jelmaan Rijal.
Ketika ia menyentuhnya, muncullah kilatan petir yang menyambar sekujur tubuhnya. Ia berteriak kesakitan dan meminta tolong. Rijal yang sudah berubah menjadi burung emas sangat panik menyaksiakannya. Ia tak tau harus berbuat apa dengan kndisinya saat itu. Sambaran petir yang begitu dahsyat membuat Jon tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian, Jon sudah sadar dari pinsannya selama setengah hari. Ia melihat sekelilingnya sangat luas dan pohon menjadi lebih besar. Jon masih belum menyadari bahwa dirinya telah berubah bentuk menjadi seekor burung.
Ia mencoba berdiri, namun ia terbang. “ apa yang terjadi dengan diriku.. kenapa aku merasa sedang melayang?”. Beberapa saat kemudian, datanglah burung jelmaan Rijal menghampirinya.
Rijal : bagaimana keadaanmu sahabatku
Jon   : kau burung yang tadi.. aku akan menangkapmu lagi..
Rijal : lihatlah siapa dirimu sekarang, keangkuhanmu telah membuat
Dirimu buta akan harta. Dan sekarang kaupun menjadi seekor    burung sama sepertiku. Masih inginkah kau menangkapku dengan dayamu saat ini?
Jon   : maafkan aku sahabatku.. aku telah terbuai akan keindahan
 bentukmu. Sehingga aku berpikir untuk menangkapmu.
Rijal : tidak apa-apa. Tenangkanlah dirimu!
           Sekarang kita harus membiasakan diri hidup sebagai seorang
           burung. Mungkin memang inilah takdir yang ditentukan Tuhan
           untuk kita.

Akhirnya mereka mulai menjalani hidup seperti seekor burung. Mereka mencari burung lainnya untuk dijadikan teman dan keluarga. Setelah sekian lama, mereka sudah terbiasa dengan kehidupan baru mereka, dan menjalani kehidupan baru layaknya burung asli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar