Sabtu, 26 November 2016

Unsur Wacana. Makalah kita



MAKALAH
UNSUR-UNSUR WACANA
Pengampu : Mudarman, M. Pd.
Kelompok IV
1.      Sofian nazri
2.      Susmartina
3.      Sainingsih













PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI)
UNIVERSITAS HAMZANWADI (FAKLULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN) 2016/2017

PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kehendak-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah  yang berjudul “Unsur-Unsur Wacana”, sebagai tugas mata kuliah wacana Bahasa Indonesia.
            Makalah ini disusun sebagai sarana pengembang kualitas pengetahuan tentang wacana sebagai sub disiplin ilmu linguistik. Kami berharap makalah ini membantu meningkatkan pemahaman dalam ranah linguistik secara umum, dan spesifiknya wacana.
            Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan atau kritik demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bisa turut andil dalam mencerdaskan generasi muda bangsa. Amiiin.

Pancor, 12 Oktober 2016

Penyusun











PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ada banyak perbedaan pendapat tentang kedudukan wacana dalam dunia linguistik. Beberapa ahli menggolongkannya dalam kajian linguistik mikro, dan sebagian ahli lainnya menggolongkan wacana dalam kajian lingistik makro. Lantas apa saja kiranya yang dibahas dalam ilmu wacana?
Pengajaran bahasa tentunya memiliki hierarki atau tingkatan disiplin ilmu yang dipelajari. Tingkatan terebut adalah meliputi morfem – kalimat – paragraf – dan wacana. Pada hierarki ini wacana menduduki tingkatan tertinggi bila dilihat dari segi ukuran. Untuk mengenal wacana ini lebih dekat, maka perlu diketahui unsur apa saja yang membangunnya sehingga menjadi unsur terlengkap dalam hierarki kebahasaan.
Wacana merupakan unsur terbesar dalam tataran linguistik. Jika ada orang yang mengatakan bahwa kalimatlah yang memiliki kedudukan paling tinggi, maka dapat diluruskan dengan penjelasan tentang unsur apa yang membangun wacana itu sendiri. Kalimat merupakan bagian dari wacana, karena salah satu unsur yang mendukung sebuah wacana adalah kalimat. Namun tidak menutup kemungkinan, bahwa wacana bisa saja terdiri dari sebuah kata, dengan catatan memiliki nilai informasi yang valid. Bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam sintaksis, banyak kita temukan kalimat yang jika dipisah dari kalimat disekitarnya, maka kalimat tersebut menjadi satuan yang tidak mandiri[1].
Wacana merupakan wujud bahasa yang bersiafat komunikatif, interpretatif, dan kontekstual, artinya pemakaian bahasa selalu mengandaikan secara dialogis dan kemampuan memahami konteks terjadinya wacana. Konteks di sini mengacu pada interaksi antara pengetahuan tentang bahasa dan pengetahuantentang dunia yang dimiliki oleh pendengar atau pembaca. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi perbedaan pemahaman antara penutur dengan pendengar, hal ini disebabkan karena apa yang disampaikan oleh penutur sering memiliki maksud yang lebih dari sekedar makna kata itu sendiri. Contohnya.
Latar (di dalam ruangan tertutup tak ber- AC)
A : di sini panas juga ya.
B : oh iya pak, memang panas di sini kalau siang hari
            Perlu kiranya kita memperhatikan unsur apa saja yang membangun wacana, agar tidak terjadi perbedaan pemahaman yang disampaikan penulis atau penutur kepada pembaca atau pendengar. Lebih jelasnya tentang unsur pembangun wacana akan dijelaskan pada bab pembahasan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pendeskripsian definisi wacana?
2.      Apa saja unsur pembangun wacana?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui deskripsi wacana.
2.      Mengetahui unsur pembangun wacana.
D.    Manfaat
1.      Untuk penyusun
Pembuatan makalah ini diutamakan sebagai tameng atas tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah wacana Bahasa Indonesia. Sealain itu makalah ini bermanfaat sebagai sarana penambah ilmu tentang wacana bahasa indonesia.
2.      Untuk pembaca
Makalah ini juga berkontribusi menghadirkan sedikit pembahasan tentang wacana meliputi deskripsi tentang wacana itu sendiri dan terlebih lagi mengenai unsur wacana.
PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Wacana
Pengertian wacana sangat beragam, bergantung bagaimana pemanfaatanya dalam dunia kebahasaan. Para ahlipun banyak berbeda pandangan tentang wacana ini, namun pada dasarnya mengacu kepada maksud yang sama. Chaer menyatakan bahwa wacana adalah satuanbahasa terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal terbesar[2]. Wacan tidak hanya terdiri dari bahasa lisan, namun bisa juga terdiri dalam wujud tulisan, bahkan sampai pada karya sastra dan ilmiah.
Pendapat lain tentang wacana dari Brown dan Yule, mereka meyebutkan bahwa wacana adalah bahasa yang lengkap pada umumnya berbentuk teks yang valid yang disampaikan secara lisan dan tulisan melalui kalimat yang berkaitan (koheren dan kohesi). Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran yang bisa difahami oleh pembaca dalam wacana tulis dan pendengar dalam wacana lisan. Sebagai satuan gramatikal terbesar, seacra otomatis wacana itu dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat terpenuhi jika wacana tersebut memiliki sifat kekohesian, yaitu danya keserasian hubungan antar unsur-unsur yang ada dalam wacana. Contoh :
Sofian dan Zulfikar pergi memancing, dia ingin menangkap ikan kakap yang besar.
Wacana di atas bisa dikatakan tidak memiliki kekohesifan, sebab kata ganti dia tidak jelas mengacu ke siapa, apakah itu tertuju kepada Sofian atau Zulfikar. Seharusnya untuk melengkapi wacana tersebut harus menggunakan kata ganti mereka
Salah satu sifat wacana yang lain adalah koheren. Perhatikan contoh berikut.
Di pancor susah sekali mendapatkan air. (1) Rempung sekarang kian berkembang dengan pesat (2) Meja itu sangat berat (3)
Jika dilihat dari susunan kalimat di atas, maka itu bukan masuk ke dalam ranah wacana. Karena pada dasarnya wacana menuntut kesesuan dalam komunikasi lisan dan tulisan. Oleh kerenanya sifat koherensi atau keserasian kalimat yang saling membangun sangat dibutuhkan dalam sebuah wacana.
            Hanya sebagai tambahan wawasan saja, perlu kiranya diketahui beberapa alat yang menjadi bahan mentah pembuatan wacana diantaranya.
1.      Konjungsi
Konjungsi adalah alat untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat bahkan paragraf dengan paragraf. Wacana yang disertai dengan konjungsi akan lebih eksplisit (jelas) dari wacana yang tidak menggunakan konjungsi.
2.      Kata ganti
Kata ganti sangat diperlukan dalam mengefektivkan  sebuah wacana. Kata ganti dia, nya, mereka, ini dan itu bisa dijadikan sebagai rujukan anaforis (pengulangan bunyi). Dengan menggunakan kata ganti sebagai rujukan anaforis, maka bagian kalimat yang sama tidak akan perlu diulangi lagi.
3.      Elipsis
Elipsis yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama jika terdapat pada kalimat yang lain. Penghilangan itu sendiri menjadi alat penghubung kalimat pada wacana. Contoh.
Teman saya yang duduk di bangku itu namanya Suhaebatul, dia berasal dari Kembang kerang Aikmal. Yang di ujung sana namanya Usi dari Lenek. Yang didepan kelas menggunakan jeans itu namanya Zulfikri dari Sanggeng. Naah, kalau yang baju merah itu Wina dari Pringgabaya.
Pembahasan di atas sudah menjelaskan wacana dengan panjang lebar. Kenapa wacana dikatakan sebagai satuan yang utuh dan lengkap adalah kerena dalam wacana terdapat satuan ide, pesan, yang disampaikan secara utuh agar mudah dipahami oleh embaca dan pendengar tanpa keraguan.
B.     Unsur-unsur Wacana
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa wacana adalah kesatuan makna semantis antar bagian dalam satu bangunan bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai satuan bahasa terutuh, karena setiap bagian dalam wacana terhubung secara padu. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dalam teks tulisan, bacaan, dan tuturan yang mengacu pada makna yang sama yaitu wujud kongkrit yang bisa terlihat dan terasa. Pemahaman terhdap wacana akan mampu memudahkan kita memahami bahasa secara lebih luas, tidak hanya dari struktur formal saja, tapi dari aspek luar bahasa (konteks).
Wacana dalam keseluruhannya memiliki dua unsur terpenting yang membangunnya, yaitu unsur internal dan eksternal wacana. Unsur internal wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata dan kalimat adalah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih besar, susunan kata atau kalimat itu harus saling berkaitan dan bersatu. Sedangkan unsur eksternal wacana adalah bagian wacana yang tidak bersifat eksplisit, atau bisa dikatakan sebagai satuan diluar konteks wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana, sehingga akan memiliki makna penuh yang diterima oleh pembaca atau lawan tutur. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berikut ini.
1.      Unsur Internal Wacana
Unsur internal wacana terdiri dari satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata adalah tuturan yang berwujud satu kata, untuk menjadi satuan yang lebih besar, sehingga akan menjadi bagian kalimat yang utuh. Ada beberapa unsur yang dikaji dalam unsur internal wacana yaitu.
a.       Kata dan Kalimat
Jika dilihat dalam struktur yang lebih besar, kata merupakan bagian dari kalimat, karena katalah yang bersatu membentuk kesatuan sehingga menjadi sebuah kalimat yang utuh. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan sebuah kalimat tidak terdiri dari beberapa kata, kalimat satu kata ini harus merupakan pengungkapan atau tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai kalimat. Kalimat pendek seperti ini sering terdapat pada dialog atau percakapan, karena pada situasi dan kondisi tertentu, orang cenderung berkomunikasi dengan kalimat pendek. Contohnya sebagai berikut.
Ketika Suhaeba pulang dari kampus dan bertemu dengan Zulfikri.
Zulfikri : udah ke mana?
Suhaeba : kampus.
Zulfikri : emang dosen masuk?
Suhaeba : iya.
Kata atau kalimat yang mengisi unsur wacana harus memiliki makna yang luas, informasi dan konteks yang jelas untuk mendukung sebuah tuturan yang utuh. Pada dasarnya sebuah kata dijadikan sebagai kalimat kerana ada unsur lain yang mendukungnya (informasi yang utuh dan pemahaman lawan tutur). Kalimat di atas dapat dipahami pendengar atau pembaca karena ada unsur lain, perhatikan ketika Zulfikri bertanya. Udah ke mana? Kemudian dijawab oleh lawan tuturnya (kampus). Kata kampus ini sudah memiliki potensi sebagai sebuah kalimat, karena makana yang terkandung di dalamnya sudah utuh, sehingga dengan sendirinya penutur pertama (Zulfikri) melontarkan pertanyaan kedua. Ada dosen? Dijawab lagi oleh lawan tutur (iya). Hal tersebut memmbuktikan adanya pemahaman makna dan penerimaan informasi secara utuh oleh pembaca atau pendengar. Sehingga tidak perlu lagi melakukan obrolan yang panjang lebar, padahal hanya mengungkap sedikit informasi.
b.      Teks dan Konteks
Teks merupakan hasil dari sebuah proses wacana. Pada proses itu, terdapat nilai-nilai, ideologi, emosi, serta kepentingan lain dari seorang penulis wacana. Dengan demikian, memahami makna suatu teks tidak cukup hanya dengan pemahaman tentang logika teks itu sendiri, namun juga harus memahami tentang konteks (keaadaan) yang menyertai teks atau tuturan tersebut. Jika salah dalam menafsirkan konteksnya, maka pemahaman pesan dan makna akan terhambat. Perpaduan teks dan konteks disebut disebut sebagai wacana. Sumarlam (2005 : 47) menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek internal  wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Konteks wacana terdiri dari berbagai unsur seperti.
1)      Latar (Setting and Scene)
Setting lebih bersifa fisik yang mengacu pada tempat dan waktu terjadinya percakapan. Sedangkan scene (suasana) merupakan latar psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologi yang menyertai peritiwa tuturan. Hal tersebut bisa dilihat dari contoh berikut.
Waktu pukul tujuh malam, desa Sanggeng sudah tampak sunyi seperti kuburan. Melihat hal itu, Zulfikri segera menutup jendela dan pintu. Keesokan harinya dia terbangun pada pukul enam, tak disangka jalanan sudah sangat sidesaki oleh banyak orang.
2)      Peserta (Participants)
Yaitu orang-orang yang terlibat dalam komunikasi baik secara langsung maupun tidakm langsung. Dengan kata lain, peserta adalah orang yang melakukan tuturan dengan orang lain, sedangkan keduanya mendapatkan informasi sesuai dengan keinginannya.
3)      Hasil (Ends)
Yaitu meliputi tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang diharapkan oleh penutur
4)      Amanat
Amanat adalah pesan berbentuk esai, iklan, pengumuman, pemberitahuan dan sebagainya yang ditujukan kepada pendengar atau pembaca
5)      Cara (Key)
Mengacu pada konsep pelaksanaan percakapan. Misalnya dengan cara bersemangat, santai, lemas dll.
6)      Norma (Norm)
Norma adalah aturan prilaku peserta komunikasi. Misalnya diskusi yang cenderung bersifat satu arah, atau pidato yang bersifat dua arah dan lain sebagainya.
Intinya, istilah teks lebih dekat pemknaannya dengan bahasa tulis dan wacana bahasa lisan. Sedangkan konteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya. Sebagai tambahan saja, konteks terdiri dari empat macam yaitu.
·         Konteks linguistik, yaitu meliputi kalimat-kalimat dalam percakapan.
·         Konteks epitemis, yaitu latar belakang pengetahuan sama yang dimiliki peserta
·         Konteks fisik, yaitu tempat kejadian percakapan dan objek yang disajikan dalam percakapan
·         Konteks sosial, yaitu hubungan sosial antara participants.
2.      Unsur Eksternal Wacana
Unsur eksternal adalah sesutau yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak secara eksplisit. Terdapat beberapa bagian unsur eksternal wacana, yaitu implikatur, presuposisi, referensi, inferensi dan konteks.
1)      Implikatur
Imlikatur adalah ujaran yang menyiaratkan sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya yang diucapkan. Sesutu yang berbeda tersebut adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara samar. Dengan kata lain implikatur adalah keinginan hati yang tersembunyi. Contoh.
Boy : malam ini sungguh indah.
Usi : iyaa. Indah sekali.
Boy : akan tersa lebih indah jika kita sudah terikat.
Usi : maksudmu?
Boy : oh tidak ada.
2)      Presuposisi
Adalah perkiraan atau anggapan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa, yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna untuk pendengar atau pembaca. Contoh.
A : saya rasa kamu orang pintar.
B : ah tidak juga.
A : tapi itu kelihatan dari caramu belajar.
B : haha.. ada-ada saja.
3)      Referensi
Referensi adalah hubungan kata atau benda yang dirujuknya. Referensi merupakan prilaku pembicara atau penulis. Contoh
Bangku itu terbuat dari kayu jati. Kayu jati merupakan salah satu bahan pembuatan bangku yang sangat kuat dan tahan lama. Begitu juga harapan dan keinginan seseorang. Harus layaknya sebuah kayu jati yang sukar dimakan waktu.
4)      Inferensi
Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi merupakan bagian akhir yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi. Tanpa adanya inferensi, informasi yang diterima oleh pembaca dan pendengar akan menjadi sia-sia.
5)      Konteks
Konteks berarti yang berkenaan dengan teks yang berarti benda-benda yang terlibat dalam wacana tersebut. Menurut Brown dan Yule , konteks adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan (circumstances) tempat bahasa digunakan.Contohnya dilingkungan kelas.











PENUTUP

A.    Simpulan
Wacana adalah kesatuan makna semantis dalam bagian kebahasaan. Dengan ketentuan makna, wacana dilihat sebgai bangunan bahasa yang utuh karena hubungannya yang padu. Unsur yang membangun wacana ada dua yaitu, unsur intrinsik meliputi (kata dan kalimat. Teks dan konteks) serta unsur ekstrinsik yang meiliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks.
B.     Saran
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, karena mengingat referensi yang kami gunakan sangat terbatas. Untuk itu kami mengharapkan kerja sama dan amsukan dari segala pihak dalam penyempurnaan pembahasan makalah ini.













DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Rineka cipta. Jakarta
Suhardi. 2012. Pengantar Linguistik Umum.Arruzmedia. yogyakarta
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana : Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur. Eresko. Bandung (E-book)
www.scibd.com/doc/14/2016/ kedudukam wacana.




[1] Chaer, Abdul. 2007. Linguistik umum. Rineka cipta. Jakarta
[2] Chaer, Abdul. 2007. Linguistik umum. Rineka cipta. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar